Minggu, 12 Juli 2009

Pengendalian internal bahan baku dan barang jadi













Oleh indra wijaya,SE 
A. Pengertian Persediaan dan Jenis-Jenis Persediaan
 
1. Pengertian Persediaan 

Persediaan merupakan bagian yang sangat penting bagi sebuah perusahaan. Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) no. 14 paragraph 03 mendefinisikan persediaan sebagai berikut: Persediaan adalah aktiva: 1. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal 2. Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan atau 3. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (Supplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa. Dalam paragraph 04 PSAK no.14 ditegaskan bahwa yang dikategorikan sebagai persediaan adalah : Persediaan meliputi barang yang dibeli dan disimpan untuk dijual kembali , misalnya barang dagangan dibeli oleh pengecer untuk dijual kembali, atau pengadaan tanah dan property lainnya untuk dijual kembali. Persediaan juga mencakup barang jadi yang telah di produksi, atau barang dalam penyelesaian yang sedang diproduksi perusahaan, dan termasuk bahan perlengkapan yang akan digunakan dalam proses produksi.

Bagi perusahaan jasa, pesediaan meliputi biaya jasa seperti diuraikan dalam paragrap 15, dimana pendapatan yang bersangkutan belum diakui perusahaan Dari definisi diatas dapat dijelaskan bahwa pengertian persediaan meliputi aktiva milik perusahaan yang tujuannya untuk dijual tanpa mengadakan perubahan yang mendasar terhadap barang-barang tersebut, baik berupa bentuk maupun manfaat dari barang persediaan dan atau barang yang diperoleh melalui proses produksi sampai menjadi barang yang siap untuk dijual ke pasar, dengan kata lain barang yang dibeli diubah bentukya terlebih dahulu. 

Secara sederhana menurut Syamsul,Hendri (2003:276) Persediaan adalah suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha yang normal atau barang-barang yang masih didalam proses produksi ataupun persediaan bahan baku yang masih menunggu untuk digunakan dalam proses produksi Berdasarkan definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa persediaan itu merupakan aktiva dari suatu perusahaan, apakah dalam bentuk mentah ( bahan baku ), atau dalam bentuk sedang diproses atau dalam bentuk barang jadi. 

2. Jenis-Jenis Persediaan 

Kata persediaan ( atau persediaan barang dagangan) secara umum ditujukan untuk barang-barang yang dimiliki oleh perusahaan dagang, baik berupa usaha grosir maupun ritel, ketika barang-barang tersebut telah dibeli dan ada kondisi siap untuk dijual. Menurut Stice, Stice, Skousen (2004:654) jenis jenis persediaan yaitu :“Bahan baku (raw materials), barang dalam proses (work in proses), dan barang jadi (finished goods) untuk dijual ditujukan untuk persediaan di perusahaan manufaktur”. 

Sedangkan menurut Richardus Eko Indrajit, Richardus Djokopranoto (2003:8) “Persediaan dapat dibagi beberapa jenis atau klasifikasi adalah sebagai berikut : (1) Bahan baku, (2) Barang setengah jadi, (3) Barang jadi, (4) Barang umum dan suku cadang, (5) Barang untuk proyek, (6) Barang dagangan”. Secara garis besar, persediaan dapat dikelompakkan/digolongkan sebagai berikut: 

1. Bahan Baku adalah barang-barang yang dibeli untuk digunakan dalam proses produksi. Sebagian bahan baku diambil langsung dari sumber aslinya. Namun yang yang lebih sering terjadi, bahan baku dibeli dari perusahaan lain yang merupakan barang jadi dari sisi pemasok. Bahan baku terbagi atas bahan baku langsung dan bahan baku tidak langsung. Bahan baku langsung ( direct materials) adalah bahan yang secara fisik akan dimasukkan dalam barang yang sedang di produksi, karena bahan ini digunakan secara langsung dalam proses produksi barang. Bahan baku tidak langsung (indirect material) ditujukan untuk bahan pendukung yaitu bahan baku penting digunakan dalam proses produksi tapi tidak secara langsung dimasukkan dalam produk.

 2. Barang dalam proses terdiri dari bahan-bahan yang telah diposes namun masih membutuhkan pengerjaan lebih lanjut sebelum dapat dijual. Persediaan ini terdiri dari tiga komponen biaya yaitu: 
1) Bahan baku langsung, yaitu biaya bahan baku yang secara langsung dapat diidentifikasi dalam barang yang diproduksi. 
2) Tenaga kerja langsung, yaitu biaya tenaga kerja secara langsung dapat diidentifikasikan dengan barang yang diproduksi. 
3) Overhead pabrik, yaitu bagian dari overhead pabrik yang dibebankan atas barang yang diproduksi. 3. Barang jadi adalah barang yang selesai diproduksi dan menunggu untuk dijual. Setelah produk selesai diproduksi, biaya yang diakumulasikan dalam proses produksi di transfer dari akun persediaan barang dalam proses ke akun persediaan barang jadi Jadi untuk menentukan apakah barang tersebut merupakan bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi bagi suatu perusahaan harus dilihat apakah barang tersebut sebagai input atau output dari perusahaan tersebut.

 B. Pengertian Bahan Baku dan Barang Jadi 

Pengertian Bahan Baku menurut Stice, Skousen (2004:165) mendefinisikan bahan baku sebagai berikut : “Bahan baku adalah barang-barang yang dibeli untuk digunakan dalam proses produksi ”. 

Menurut Baridwan Zaki (2003 : 150) mendefinisikan bahan baku seabagai berikut : “ Bahan baku adalah barang-barang yang akan menjadi bagian dari produk jadi yang dengan mudah dapat diikuti biayanya”.

Menurut Ekoindrajit, djokopranoto (2003:8) mendefinisikan bahan baku: “Bahan mentah yang belum diolah, yang akan diolah menjadi barang jadi sebagai hasil utama dari perusahaan yang bersangkutan”.

Dari definisi diatas dapat dijelaskan bahwa bahan baku adalah barang yang digunakan untuk melakukan proses produksi, selain itu bahan baku juga bisa digunakan untuk memenuhi permintaan dari pelanggan (langsung dijual). Pengertian Barang jadi menurut Stice, Skousen (2004:665) mendefinisikan barang jadi sebagai berikut : “Barang Jadi adalah barang yang sudah selesai diproduksi dan menunggu untuk dijual ”. Sedangkan menurut Eko Indrajit, Djokopranoto (2003:9) “Barang jadi adalah barang yang sudah selesai diproduksi atau diolah, yang merupakan hasil utama perusahaan yang bersangkutan dan siap untuk dipasarkan atau dijual”. Jadi barang jadi ialah barang sudah selesai diproduksi dan siap untuk dijual dipasaran . 

C. Pengertian dan Unsur-Unsur Pengendalian Intern 

1. Pengertian Pengendalian Intern 

Pengendalian intern merupakan kebijakan, metode dan prosedur yang dirancang untuk memberikan keyakinan yang memadai bagi manajemen bahwa sasaran dan tujuan penting bagi perusahaan dapat dipenuhi. 

Mulyadi (2001 : 163) memberikan definisi terhadap pengawasan intern sebagai berikut : “Pengendalian intern meliputi stuktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang di koordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen”. 

Sedangkan menurut Wijayanto Nugroho ( 2001 : 168 ) Pengendalian intern adalah pengendalian yang mempunyai dua fungsi utama yaitu : (1) mengamankan sumber daya organisasi dari penyalahgunaan, dan (2) mendorong efisiensi operasi organisasi sehingga kebijaksanaan ataupun tujuan yang telah digariskan dapat tercapai.

Puradiredja Kanaka (2002:171) memberikan definisi terhadap pengendalian intern sebagai berikut: Pengendalian intern adalah suatu proses yang dijalankann oleh dewan Komisaris, manajemen dan personel lain , yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan berikut ini :(1) Keandalan pelaporan keuangan, (2) Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku, (3) Efektivitas dan efisiensi operasi Pengertian diatas secara garis besar mengelompakkan struktur pengendalian intern menjadi dua bagian besar. Pertama merupakan salah satu bagian dari pengendalian intern yang seringkali disebut pengendalian intern akuntansi, sedangkan kedua dikenal dengan nama pengendalian administrasi. 

Unsur pokok system pengendalian intern menurut Mulyadi ( 2001 : 164 ) adalah sebagai berikut : 
1. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas. 
2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup terhadap kekayaan , hutang, pendapatan dan biaya. 
3. Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi. 
4. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tangung jawabnya. Keempat ciri diatas mempunyai peran yang sama penting kelemahan yang menyolok pada salah satu ciri diatas dapat menghambat terwujudnya tujuan sistem itu sendiri. Dibutuhkan suatu kerjasama dari semua ciri-ciri diatas. Suatu sistem yang baik di suatu perusahaan belum tentu baik untuk perusahaan lain walaupun kedua perusahaan itu sejenis. 

Banyak faktor Yang menentukan bentuk pengendalian internal seperti struktur organisasi perusahaan, tingkat keahlian karyawan, namun semua itu memiliki ciri-ciri yang sama dalam pengendalian internal. Pengendalian internal diciptakan manajemen perusahaan untuk membantu mengendarai atau paling tidak untuk mengurangi penyimpangan-penyimpangan dan kehandalan data akuntansi. Tetapi pengendalian internal mempunyai keterbatasan, pengendalian internal hanya bisa memberikan jaminan yang wajar atau memadai ( tidak mutlak ). 

Dengan ditetapkan pengendalian internal yang memadai, baik dari segi akuntansi maupun administrasi diharapkan kekayaan perusahaan berupa bahan baku dan barang jadi dapat terhindar dari penyelewengan yang akan merugikan perusahaan. Penerapan pengendalian yang baik juga diharapkan dapat menghindarkan manipulasi catatan yang dilakukan petugas terkait terhadap bahan baku dan barang jadi. 2. Unsur-Unsur Struktur Pengendalian Intern. Struktur pengendalian intern terdiri dari lima unsur pokok menurut Puradiredja Kanaka (2002:175) : “(1) lingkungan pengendalian, (2) penaksiran risiko, (3) informasi dan komunikasi , (4) aktivitas pengendalian, dan (5) Pemantauan”. Sedangkan unsur atau komponen Model Pengendalian internal COSO (2006:231) adalah sebagai berikut :“(1)Lingkungan Pengendalian, (2) Aktivitas pengendalian, (3) Penilaian risiko, (4) Informasi dan komunikasi, (5) Pemantauan”. 

Pada prinsipnya unsur struktur pengendaalian intern dari kedua teori di atas sama terdiri dari lima unsur pokok yang fungsi dan tujuannya sama yaitu untuk melindungi kekayaan dan untuk mencapai tujuan perusahaan. Kelima unsur tersebut dapat diterapkan dengan tingkat formalitas dan kekhususan implementasi yang berbeda berdasarkan pertimbangan logis dan praktis, tergantung jenis dan ukuran perusahaan. Suatu satuan usaha yang relatip lebih kecil misalnya dapat memperlunak melalui pengembangan budaya yang memberikan penekanan pada integritas, nilai etika dan kompetensi. 

1. Lingkungan Pengendalian (Control Environment) 

Lingkungan pengendalian menciptakan suasana pengendalian dalam suatu organisasi dan mempengaruhi kesadaran personel organisasi tentang pengendalian. Lingkungan pengendalian merupakan landasan untuk semua unsur pengendalian intern, yang membentuk disiplin dan struktur. Berbagai faktor yang membentuk lingkungan pengendalian dalam suatu entitas antara lain: 1. Nilai integritas dan etika. 2. Komitmen terhadap kompetensi. 3. Dewan komisaris dan komite audit. 4. Filosofi dan gaya operasi manajemen. 5. Struktur organisasi. 6. Pembagian wewenang dan pembebanan tanggung jawab. 7. Kebijakan dan praktik sumber daya manusia Lingkungan Pengendalian mencerminkan sikap dan tindakan para pemilik dan manajer entitas mengenai pentingnya pengendalian intern entitas. Efektivitas informasi dan komunikasi serta aktivitas pengendalian sangat ditentukan oleh atmosfer yang diciptakan oleh lingkungan pengendalian. 

2. Penaksiran Resiko 

Penaksiran resiko untuk tujuan pelaporan keuangan adalah identifikasi, analisis, dan pengelolaan resiko entitas yang berkaitan dengan penyusunan laporan keuangan, sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum. Penaksiran resiko manajemen untuk tujuan pelaporan keuangan adalah penaksiran resiko yang terkandung dalam asersi tertentu dalam laporan keuangan dan desain dan implementasi aktivitas pengendalian yang ditujukan untuk mengurangi resiko tersebut pada tingkat minimum, dengan mempertimbangkan biaya dan manfaat. Penaksiran resiko manajemen harus mencakup pertimbangaan kusus terhadap resiko yang dapat dari perubahan keadaan, seperti: 1. Bidang baru bisnis atau transaksi yang memerlukan prosedur akuntansi yang belum pernah dikenal. 2. Perubahan standar kuntansi. 3. Hukum dan peraturan baru. 4. Perubahan yang berkaitan dengan revisi sistem teknologi baru yang digunakan untuk pengolahan informasi. 5. Pertumbuhan pesat entitas yang menuntut perubahan fungsi pengolahan dan pelaporan informasi dan personel yang terlibat didalam fungsi tersebut. 

3. Informasi dan Komunikasi 

Sistem akuntansi diciptakan untuk mengidentifikasi, merakit, menggolongkan, menganalisis, mencatat dan melaporkan transaksi suatu entitas, serta menyelenggarakan pertangungjawaban kekayaan utang entitas tersebut. Transaksi terdiri dari pertukaran aktiva dan jasa antara entitas dengan pihak luar, dan transfer atau penggunaan aktiva dan jasa dalam entitas. Fokus utama kebijakan dan prosedur pengendalian yang berkaitan dengan sistem akuntansi adalah bahwa transaksi dilaksanakan dengan cara yang mencegah salah saji dalam asersi manajemen di laporan keuangaan. Oleh karena itu, sistem akuntansi yang efektif dapat memberikan keyakinan memadai bahwa transaksi yang dicatat atau terjadi adalah: 1. Sah. 2. Telah diotorisasi. 3. Telah dicatat. 4. Telah dinilai secara wajar. 5. Telah digolongkan secara wajar. 6. Telah dicatat dalam periode yang seharusnya. 7. Telah dimasukkan kedalam buku pembantu dan telah diringkas dengan benar. 

Komunikasi mencakup penyampaian informasi kepada semua personel yang terlibat dalam pelaporan keuangan tentang bagaimana aktivitas mereka berkaitan dengan pekerjaan orang lain, baik yang berada didalam maupun diluar organisasi. Komunikasi ini mencakup sistem pelaporan penyimpangan kepada pihak yang lebih tinggi dalam entitas. Pedoman kebijakan, pedoman akuntansi, dan pelaporan keuangan, daftar akun, dan memo juga merupakan bagian dari komponen informasi dan komunikasi dalam struktur pengendalian intern. 

4. Aktifitas Pengendalian 

Aktivitas pengendalian adalah kebijakan prosedur yang dibuat untuk memberikan keyakinan bahwa petunjuk yang dibuat oleh manajemen dilaksanakan. Kebijakan dan prosedur ini memberikan keyakinan bahwa tindakan yang diperlukan telah dilaksanakan untuk mengurangi resiko dalam pencapaian tujuan entitas. Aktivitas pengendalian memiliki berbagai macam tujuan dan diterapkan dalam berbagai tingkat dan fungsi organisasi. Aktivitas pengendalian yang relevan dengan audit atas laporan keuangan dapat digolongkan kedalam berbagai kelompok. 

Salah satu cara pengolongan adalah sebgai berikut: 

1. Pengendalian pengolahan informasi 
a. Pengendalian umum. 
b. Pengendalian aplikasi. (1) Otorisasi memadai. (2) Perancangan dan penggunaan dokumen dan catatan memadai. (3) Pengecekan secara independen. 2. Pemisahan fungsi yang memadai. 3. Pengendalian Fisik atas kekayaan dan catatan. 4. Review atas kinerja. 5. Pemantauan Pemantauan adalah proses penilaian kualitas kinerja struktur pengendalian intern sepanjang waktu. Pemantauan dilaksanakan oleh personel yang semestinya melakukan pekerjaan tersebut, baik pada tahap desain maaupun pengoperasian pengendalian, pada waktu yang tepat, untuk menentukan apakah struktur pengedalian tersebut telah memerlukan telah memerlukan perubahan karena terjadinya perubahan keadaan. 

D. Pengendalian Internal Bahan Baku dan Barang Jadi 

1. Lingkungan Pengendalian Internal Bahan Baku dan Barang Jadi 

Lingkungan pengendalian merupakan pondasi dari semua komponen lain dari sistem pengendalian. Lingkungan pengendalian merupakan efek kumpulan dari beragam faktor pada pembuatan, penguatan atau mengurangi efektifitas dari kebijakan dan prosedur khusus. Dengan kata lain lingkungan pengendalian mengatur keseluruhan kegiatan dari organisasi dan mempengaruhi kesadaran kontrol dari karyawan . Dalam lingkungan pengendalian faktor yang berpengaruh adalah nilai integritas dan etika, komitmen kepada kompetensi, filosofi manajemen dan gaya operasional, perhatian dan arahan yang diberikan oleh dewan direksi dan komitenya, cara memberi otoritas dan tanggung jawab, serta kebijakan dan prosedur. Lingkungan pengendalian terhadap bahan baku dan barang jadi yaitu menyangkut integritas dan etika dalam menangani bahan baku dan barang jadi. Pemberian keputusan terhadap penanganan bahan baku dan barang jadi oleh pimpinan perusahaan, struktur organisasi dalam mempengaruhi pelaksanaan pengengendalian bahan baku dan barang jadi, dengan menetapkan pemisahan fungsi dan tugas yang menunjukkan pembagian kerja. Mengingat salah satu kelemahan dalam lingkungan pengendalian adalah faktor manusia/ karyawan perusahaan. Dimana yang melaksanakan pengendalian bahan baku dan barang jadi adalah karyawan yang memiliki keterbatasan sebagai manusia biasa, sehingga masalah mutu dan mental karyawan sangat penting dalam lingkungan pengendalian bahan baku dan barang jadi. 

 Untuk itu sangat diperlukan etika dan integritas karyawan. Menurut Mulyadi (2001:167) mengatakan “Apabila sudah disusun struktur organisasi yang tepat, prosedur yang baik, tetapi tingkat kecakapan pegawai/karyawan tidak memenuhi syarat yang dibutuhkan, maka sistem pengendalian intern tidak akan berhasil dengan baik“. Tanggung jawab dan wewenang yang diberikan kepada karyawan haruslah seimbang dengan kemampuan karyawan tersebut. Hal ini akan mendukung terciptanya praktek yang sehat dilapangan. 

2. Penilaian Resiko Bahan Baku dan Barang Jadi 

Penilaian resiko adalah proses mengidentifikasi, menganalisa dan mengatur resiko yang mempengaruhi tujuan perusahaan. Resiko bisa timbul apabila elemen pemrosesan transaksi bahan baku dan barang jadi tidak dirancang dengan baik, pelimpahan tanggungjawab organisasi kepada orang yang tidak tepat karena pihak manajemen perusahaan menerima informasi yang tidak akurat. 

3. Informasi dan Kominikasi atas Bahan Baku dan barang jadi 

Informasi dan Komunikasi atas bahan baku dan barang jadi merupakan kegiatan dari sistem akuntansi perusahaan. Kegiatan akuntansi merupakan sumber dari informasi dan menghasilkan komunikasi atas bahan baku dan barang jadi. Sistem Akuntansi terdiri dari metode dan prosedur pencatatan untuk mengidentifikasi , menyusun, menganalisa, mengklasifikasi, mencatat dan melaporkan transaksi perusahaan dan untuk mempertahankan akuntabilitas terhadap asset dan passiva. Sistem akuntansi dirancang dan dibuat bukan hanya untuk menghasilkan saldo buku besar sebgai bahan penyusunan laporan keungan, namun juga dapat dijadikan sebagai pengendalian manajemen dan sumber informasi operasional. Informasi dan komunikasi atas bahan baku dan barang jadi dalam sistem akuntansi dimulai dari dokumentasi. Prosedur akuntansi harus dikedepankan sehingga kebijakan dan instruksi bisa secara tegas diketahui dan diterapkan secara seragam sehingga tidak membingungkan informasi dan komunikasi dalam perusahaan. Informasi harus dirancang dengan baik dimulai dengan perancangan formulir yang rinici dan ditegaskan kedalam buku besar sehingga menghasilkan laporan yang dapat dijadikan informasi. Informasi yang diperoleh dapat dijadikan sebagai bahan dalam pengambilan keputusan bagi pihak manajemen untuk selanjutnya dikomunikasikan ke lingkungan pengendalian bahan baku dan barang jadi. 

Informasi dan komunikasi atas bahan baku dan barang jadi dalam perusahaan manufaktur antara lain menyangkut metode pencatatan dan metode penilaian. Dalam akuntansi bahan baku dan barang jadi terdapat dua macam metode pencatatan persediaan yaitu : 

1. Metode mutasi persediaan ( Perpectual method) 
2. Metode fisik/periodik (Physical method) 

Dalam metode perpectual, setiap mutasi bahan baku dan barang jadi dicatat dalam kartu persediaan, sedangkan dalam metode fisik/ periodik hanya tambahan bahan baku dan barang jadi atas pembelian dan penjualan saja yang dicatat, untuk mengetahui jumlah bahan baku barang jadi yang digunakan/dijual dan saldo bahan baku serta barang jadi , dilakukan penghitungan fisik atas sisa bahan baku barang jadi pada akhir periode akuntansi. Dalam penilaian terhadap bahan baku dan barang jadi, terdapat empat metode yaitu : 
1. Metode FIFO.
2. Metode LIFO. 
3. Metode rata-rata 
4. Metode identifikasi fisik. Dari kempat metode penilaian tersebut diatas, yang sering digunakan adalah metode FIFO dan LIFO. Dalam sistem akuntansi bahan baku dan barang jadi, pencatatan dilakukan pada dua fungsi utama dalam struktur organisasi perusahaan, yaitu fungsi gudang dan akuntansi. Fungsi gudang menyelenggarakan pembuatan kartu gudang untuk mencatat kuantitas bahan baku dan barang jadi serta mutasinya. Biasanya kartu gudang tidak berisi tentang data harga bahan baku dan barang jadi, namun hanya berisi kuantitas bahan baku dan barang jadi. Kartu gudang disimpan dikantor gudang untuk mencatat mutasi kuantitas bahan baku yang ada di gudang.

Disamping kartu gudang, bagian gudang juga menyelenggarakan kartu yang ditempelkan pada setiap barang yang disimpan untuk memudahkan pencarian barang. Fungsi akuntansi menyelenggarakan kartu bahan baku dan barang jadi yang digunakan untuk mencatat kuantitas dan harga pokok bahan baku perusahaan yang disimpan di gudang. Kartu bahan baku dan barang jadi ini berfungsi sebagai alat kontrol terhadap catatan bahan baku dan barang jadi yang diselenggarakan oleh bagian gudang. Disamping itu kartu bahan baku dan barang jadi ini juga merupakan rincian dari rekening bahan baku dan barang jadi dalam buku besar. 

 4. Aktivitas Pengendalian Bahan Baku dan Barang Jadi 

Aktivitas pengendalian meliputi kebijakan dan prosedur yang membantu menjamin bahwa kebijakan manajemen telah dilaksanakan. Kebijakan dan prosedur ditujukan untuk mengendalikan resiko yang mungkin terjadi dalam pencapaian tujuan perusahaan. 

Tujuan aktivitas pengendalian yaitu: 
a. Rencana organisasi meliputi pemisahan kewajiban untuk mengurangi kesempatan untuk mengijinkan seseorang berada dalam posisi baik untuk melakukan atau menutupi kesalahan atau hal tidak biasa dalam tindakan normal kewajibannnya.
b. Prosedur meliputi rancangan dan penggunaan doukumen dan catatan yang memadai untuk membantu menjamin pencatatan transaksi dan kejadian dengan tepat. 
c. Akses kepada asset hanya diijinkan bila sesuai dengan otorisasi manajemen. 
d. Pemeriksaan dan ulasan independen dibuat atas akuntabilitas asset dan prestasi. 
e. Pengendalian pemrosesan informasi diterapkan untuk memeriksa otorisasi yang tepat, akurasi dan kelengkapan dari transaksi individual. 

Aktivitas pengendalian bahan baku dan barang jadi dapat dijabarkan dalam empat unsur yaitu : 
a. Pengendalian Pemrosesan Informasi. 
b. Pemisahan Tugas yang memadai 
c. Pengendalian fisik atas bahan baku barang jadi 
d. Review atau telaah Kinerja. 

a. Pengendalian Pemrosesan Informasi 

Setiap transaksi bahan baku dan barang jadi harus diotorisasi dengan tepat dan pantas. Jika transaksi bahan baku dan barang jadi dilakukan tidak mengikuti peraturan dan informasi yang diberikan dan tidak adanya otorisasi yang jelas, maka akan terjadi kekacauan pencatatan dan prosedur transaksi. Otorisasi dapat berlaku umum atau pun khusus. 

Otorisasi umum adalah dimana manajemen menyusun kebijakan bagi seluruh bagian organisasi untuk ditaati, sedangkan otorisasi khusus dilakukan terhadap transaksi individual. Otorisasi umum biasanya tercermin dalam dokumen transaksi yang bersifat umum. Persetujuan merupakan kebijakan dalam pengendalian pemrosesan informasi setelah otorisasi diberikan. 

Persetujuan biasanya dibuat setelah adanya otorisasi dan digunakan untuk mendeteksi transaksi aktivitas yang tidak sah. Persetujuan diperlukan untuk menjamin bahwa karyawan beroperasi dalam lingkup kewenangan mereka. Dalam melakukan pengendalian pemrosesan informasi terhadap bahan baku dan barang jadi maka perlu diketahui sistem dan prosedur dari akuntansi bahan baku barang jadi . Menurut Mulyadi (2001 : 559 ) sistem dan prosedur akuntansi persediaan yaitu : 
1) P rosedur pencatatan produk jadi yang dijual. 
2) Prosedur pencatatan harga pokok jadi yang dijual 
3) Prosedur pencatatan harga pokok jadi yang diterima kembali dari pembeli. 
4) Prosedur pencatatan tambahan dan penyesuaian kembali harga pokok persediaan produk dalam proses. 
5) Prosedur pencatatan harga pokok persediaan yang dibeli. 
6) Prosedur pencatatan harga pokok persediaan yang dikembalikan pemasok. 
7) Prosedur permintaan dan pengeluaran barang gudang. 
8) Prosedur dan pencatatan tambahan harga pokok persediaan karena pengembalian barang gudang 
9) System penghitungan fisik persediaan. 

Semua prosedur dan sistem diatas dimulai dengan catatn dokumen yang menggambarkan sistem akuntansi bahan baku dan barang jadi. Catatan dan dokumen merupakan objek fisik dimana dimulai suatu transaksi, kegiatan sistem bahan baku dan barang jadi yang dimasukkan dan di iikhtisarkan dan merupakan sumber awal dari suatu informasi dan dikomunikasikan sebagai pengendalian bahan baku dan barang jadi . Ini semua mencakup bukti transaksi dan catatan berupa laporan-laporan mulai dari pengadaan bahan baku dan barang jadi. 

Dokumen sebagai bukti transaksi harus harus bisa memberikan keyakinan memadai bahwa seluruh transaksi otorisasi dengan pantas dan benar kemudian dicatat. Dokumen dan catatan sebaiknya disiapkan pada saat terjadinya transaksi atau segera sesudahnya, agar lebih dipercaya dan menghindari kekeliruan , cukup sederhana dan jelas untuk dimengerti , multiguna dan dirancang dalam bentuk yang mendorong penyajian yang benar . Misalnya dokumen harus berisi petunjuk arah yang tepat, ruang kosong untuk otorisasi / persetujuan serta ruang khusus yang dirancang untuk data numeris. 

Dokumen harus dapat digunakan multiguna , maka harus dirancang agar setiap penyiapan satu dokumen asli akan langsung menghasilakan sejumlah salinan yang dibutuhkan. Setiap bukti transaksi harus didukung satu atau lebih dokumen pendukung , misalnya bukti pembelian bahan baku, harus didukung oleh faktur pembelian, surat pesanan surat order pembelian, bukti permintaan dan dokumen pendukung lainya. Kegiatan lain dari pengendalian pemrosesan informasi yang harus dilakukan adalah pengecekan independen yang dapat dilakukan secara rutin atau periodik terhadap catatan-catatan yang dipegang oleh orang yang berbeda yang saling mendukung atau mengecek. 

Pengecekan independen dapat dilakukan oleh pihak internal perusahaan atau eksternal. Pengecekan inependen meliputi verifikasi atau pembuktian pekerjaan yang dapat dilakukan secara rutin atau periodik terhadap catatan-catatan yang dipegang oleh orang yang berbeda yang saling mendukung atau saling mengecek Pengecekan independen dapat dilakukan oleh pihak internal perusahaan atau eksternal. Pengecekan independen meliputi verifikasi atau pembuktian pekerjaan yang telah dilakukan oleh bagian tertentu dan pengecekan kesesuaian dokumen-dokumen. Pengecekan harus dilakukan setiap pihak yang terlibat dalam pengelolaan bahan baku dan barang jadi. Bentuk pengecekan terhadap bahan baku yang biasanya dilakukan adalah pemeriksaan fisik bahan baku dan dibandingkan dengan kartu gudang dan kartu bahan baku yang tersimpan di masing-masing bagian . 

b. Pemisahan Tugas yang memadai 

Pemisahan tugas dilakukan untuk memberikan pengecekan silang atas pekerjaan pihak lain dan menghindari karyawan melakukan duplikasi pekerjaan. Pemisahan tugas juga merupakan bagian yang mendukung pengendalian intern. Pemisahan tugas yang memadai dalam pengelolaan bahan baku dapat dilihat dari pencatatan yang dilakukan oleh bagian gudang dan bagian akuntansi. Hal ini dilakukan untuk menghindari manipulasi harga pokok bahan baku dan penggelapan bahan baku. Bagian gudang hanya diberikan kartu gudang yang berisi informasi tentang kuantitas bahan baku, sedangkan bagian akuntansi diberikan kartu persediaan yang mencatat kuantitas bahan baku dan harga pokoknya, hal ini sebagai kontrol terhadap bagian gudang. 

Bagian pembelian tidak begitu saja melakukan pembelian, pembelian dilakukan ketika ada permintaan bahan baku dari bagian gudang. Pada dasarnya pemisahan tugas merupakan pengendalian terhadap masing-masing bagian yang dilaksanakan dengan memisahkan fungsi-fungsi pokok dalam pembelian, penyimpanan dan akuntansi. Suatu transaksi akan dilaksanakan oleh fungsi pembelian jika ada otorisasi dari yang berwenang, hasil transaksi akan disimpan oleh fungsi penyimpanan dan transaksi yang terjadi akan dicatat oleh fungsi akuntansi. Dalam pemisahan tugas / fungsi pada pengendalian bahan baku dan barang jadi ada beberapa prosedur yang harus dilaksanakan yaitu: 

A. Bahan Baku 

1. Prosedur Pembelian Bahan Baku 

Berdasarkan Surat permintaan pembelian dari bagian gudang, bagian pembelian membuat permintaan penawaran harga dan dikirimkan kepada pemasok, setelah menerima permintaan penawaran harga, pemasok membuat penawaran harga dan mengirimkanya kebagian pembelian. Setelah menerima penawaran harga dan mengirimkannya ke bagian pembelian. 

Setelah menerima penawaran harga dari pemasok maka bagian pembelian membuat surat order pembelian rangkap enam dengan distribusi sebagai berikut : - Lembar 1 dan 2 dikirim ke pemasok/supplier, - Lembar 3 dikirim ke bagian akuntansi, - Lembar 4 dikirim ke bagian gudang, - Lembar 5 dikirim ke bagian penerimaan barang - Lembar 6 menjadi arsip bagian pembelian. 

2. Prosedur Penerimaan Bahan Baku 

Setelah barang yang dipesan datang, maka bagian penerimaan barang melakukan penghitungan kuantitas barang tersebut dan mencocokkannya dengan surat order pembelian yang diterimanya dari bagian pembelian. 

Apabila barang yang diterima sudah sesuai dengan yang dipesan, bagian penerimaan membuat laporan penerimaan barang rangkap tiga, lembar 1 dikirim ke bagian pembelian, lembar 2 dikirim kebagian gudang beserta barangnnya dan lembar 3 beserta surat order pembelian lembar 2 diarsipkan oleh bagian penerimaan sebagai arsip. Bagian gudang mencocokkan barang yang diterima dengan laporan penerimaan barang dan surat order pembelian, mencatat laporan penerimaan barang dan surat order pembelian ke dalam kartu gudang, kemudian menyerahkan laporan penerimaan barang yang sudah ditandatangani kepala gudang ke bagian akuntansi/utang. Bagian pembelian setelah menerima faktur dari pemasok mencocokkannya dengan laporan penerimaan barang dari bagian penerimaan, kemudian menyerahkan faktur ke bagian akuntansi dan mengarsipkan laporan penerimaan barang. 

3. Prosedur Pengeluaran Bahan Baku 

Prosedur Pengeluran bahan baku adalah sebagai berikut: - Berdasarkan daftar kebutuhan bahan baku, bagian produksi membuat bukti pengeluaran barang rangkap 3, ditandatangani oleh kepala bagian kemudian diserahkan kebagian gudang. - Bagian gudang mengisi jumlah barang yang dikeluarkan, menandatangani bukti pengeluaran barang dan menyerahkan barang yang diminta. 

Bukti penerimaan barang yang sudah ditandatangani, lembar 1 dikirim ke bagian akuntansi/persediaan, lembar 2 sebagai arsip bagian gudang dan lembar 3 dikirim ke peminta barang. - Berdasarkan lembar 2 bukti pengeluaran barang, bagian gudang mencatat pengeluaran barang pada kartu gudang. 

4. Prosedur Pencatatan Bahan Baku 

Bagian akuntansi mencocokkan faktur dengan surat order pembelian dari bagian pembelian serta laporan penerimaan barang yang telah ditandatangani oleh kepala gudang, kemudian membuat bukti kas keluar 3 lembar bukti kas keluar lembar 1 dicatat ke register bukti kas, bukti kas keluar lembar 2 ke bagiaan katu persedian untuk pencatatan persediaan kedalam kartu persediaan dan dan bukti kas lembar 3 ,SOP lembar 4,LPB lembar 1 serta faktur diarsipkan sebagai bukti kas keluar yang belum dibayar. B. Barang Jadi 

1. Prosedur Order Penjualan Barang Jadi 

Dalam prosedur ini fungsi penjualan menerima order dari pembeli dan menambahkan informasi penting surat order dari pembeli. Fungsi penjualan kemudian membuat Faktur Penjualan Barang jadi dan mengirimkannya ke berbagai fungsi sebanyak 5 lembar diantaranya lembar 1 dan 2 untuk fungsi/bagian pengiriman, lembar 3 dan 4 untuk fungsi/bagian gudang, lembar 5 untuk arsip untuk memungkinkan fungsi tersebut memberikan kontribusi dalam melayani order dari pembeli. 

2. Prosedur Pengiriman 

Dalam prosedur ini fungsi gudang menyiapkan barang yang diperlukan oleh pembeli dan fungsi pengiriman mengirimkan barang kepada pembeli sesuai dengan informasi yang tercantum dalam faktur penjualan barang jadi yang diterima dari fungsi gudang dan bagian order penjualan. Pada saat penyerahan barang, fungsi pengiriman meminta tanda tangan penerimaan barang dari pembeli diatas faktur penjualan barang jadi. 

3. Prosedur Pencatatan Piutang 

Dalam prosedur ini fungsi akuntansi mencatat tembusan yaitu lembar 1 dan 2 dari bagian pengiriman yang sudah di tandatangani oleh pelanggan ke dalam kartu piutang. 

4. Prosedur Penagihan 

Dalam prosedur ini fungsi penagihan menerima faktur penjualan barang jadi dan mengarsipkannya menurut Abjad. Secara periodik fungsi penagihan membuat surat tagihan dan mengirimkannya kepada pembeli dilampiri dengan faktur penjualan barang jadi. 

5. Prosedur pencatatan penjualan 

Dalam prosedur ini fungsi akuntansi mencatat transaksi penjualan barang jadi ke dalam jurnal penjualan. 

c. Pengendalian Fisik atas Bahan Baku dan Barang jadi Bentuk pengendalian fisik terhadap bahan baku dan barang jadi dilakukan dengan menghitung jumlah kuantitas bahan baku dan barang jadi yang ada (stock opname). 

Stock opname dilakukan oleh bagian-bagian yang terkait dengan pengelolaan bahan baku dan barang jadi kemudian hasil stock opname dituangkan dalam laporan hasil opname fisik dan ditandatangi oleh bagian-bagian yang melakukan opname fisik. 

d. Review Kinerja 

Review kinerja atau telaah kinerja adalah merupakan bagian dari pengendalian administrasi , dimana pada review kinerja pihak manjemen perusahaan melakukan telaah /analisa terhadap laporan-laporan yang dibuat oleh masing-masing bagian yang menyangkut tentang pelaporan bahan baku. Bentuk telaah/analisa ini dapat dilakukan dengan membandingkan antara anggaran pemakaian bahan baku dan penjualan barang jadi apakah mereka telah bekerja secara optimal. Disamping itu telaah kinerja ini juga bertujuan menilai efektivitas pencapaian tujuan perusahaan. 

5. Pemantauan Terhadap Bahan Baku dan Barang jadi 

Pemantauan terhadap aktivitas pengelolaan bahan baku ini biasanya dilakukan oleh manajemen melalui pengendalian internal yang dilaksanakan oleh Satuan Pengawasan Intern (SPI) perusahaan. Pemantauan ini bertujuan untuk melihat apakah sistem yang telah ditetapkan manajemen sehubungan dengan pengendalian bahan baku dan barang jadi berjalan sebagaimana mestinya. Hasil pemantauan tersebut dapat dijadikan sebagai masukan bagi manajemen untuk mengambil keputusan dalam tindalan-tindakan perbaikan yang diperlukan. 

6. Pengendalian Melalui Anggaran 

Anggaran sebagai alat manajemen untuk keperluan perencanaan dan pengendalian , adapun tujuan dari pengendalian itu sendiri adalah untuk memastikan pencapaian tujuan, sasaran, dan standar perushaan.

Adapun pengertian anggaran menurut T. Sirait Justine (2006:6) :“Anggaran adalah rencana kegiatan perusahaan, rencana ini mencakup berbagai kegiatan operasional yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama lain”. 

Sedangkan menurut Munandar (2000:1):“ Anggaran adalah suatu rencana yang disusun secara sistematis, yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan, yang dinyatakan dalam unit(kesatuan)moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang”. 

Jadi anggaran dapat diartikan sebagai suatu rencana kegiatan yang dibuat suatu perusahaan untuk mencapai tujuannya dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan pengrtian pengendalian menurut T. Sirait Justine (2006:5) “Pengendalian adalah sebagai suatu proses mengukur dan mengevaluasi untuk kerja nyata setiap organisasi, dan mengambil tindakan koreksi jika diperlukan”. 

Pengendalian dapat dilakukan dengan menggunakan Anggaran, laporan khusus atau evaluasi pribadi. Proses pengendalian Anggaran biasanya mengikuti tahapan-tahapan berikut : 
a. Membandingkan realisasi untuk jangka waktu tertentu dengan sasaran yang direncanakan. 
b. Membuat laporan realisasi yang menunjukkan hasil aktual, hasil yang direncanakan, dan perbedaannya. 
c. Menganalisis penyimpangan dan mencari penyebabnya. 
d. Membuat alternatif tindakan perbaikan. 
e. Memilih tindakan perbaikan dari sejumlah alterntif yang ada. 
f. Melakukan tindakan lanjut untuk menilai efektifitas perbaikan yang dilakukan, yang kemudian dilanjutkan dengan umpan ke muka (feed forward) untuk membuat rencana berikutnya. 
a). Manfaat Anggaran sebagai alat pengendalian Anggaran berfungsi sebagai tolak ukur, sebagai alat pembanding untuk menilai atau mengevaluasi realisasi kegiatan perusahaan. Dengan membandingkan antara apa yang tertuang didalam anggaran dengan apa yang dicapai oleh realisasi kerja perusahaan, dapatlah dinilai apakah perusahaan telah sukses bekerja atau kah kurang sukses bekerja. Dari perbandingan tersebut dapat pula diketahui sebab-sebab penyimpangan antara anggaran dan realisasi kerja terhadap rencana yang telah digariskan. Penyimpangan-penyimpangan itu sendiri ada yang bersifat positif (menguntungkan), yaitu apabila realisasi kerja justru lebih bagus dari pada yang direncanakan, dan ada yang bersifat negatif (merugikan) yaitu apabila realisasi kerja kurang bagus jika dibandingkan dengan rencana yang telah ditetapkan, sehingga dapat diketahui kelemahan-kelemahan dan kekuatan-kekuatan yang dimilki perusahaan. Hal ini akan dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan yang sangat berguna untuk menyusun rencana atau anggaran selanjutnya secara lebih matang dan lebih akurat. 

b). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyusunan Anggaran Sebagaimana telah diutaranakan dimuka, suatu anggaran dapat berfungsi dengan baik bila mana taksiran-taksiran (forecast) yang termuat didalamnnya cukup akurat, sehingga tidak jauh berbeda dengan realisasinya. Untuk bisa melakukan penaksiran secara lebih akurat, diperlukan berbagai data, informasi dan pengalaman, yang merupakan faktor-faktor yang harus dipertimbangkan didalam menyusun anggaran. Adapun faktor-faktor tersebut secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua kelompok, ialah: 
1. Faktor-faktor Intern 
2. Faktor-faktor Ekstern Faktor-faktor intern, yaitu data , informasi dan pengalaman yang terdapat didalam perusahaan sendiri. Faktor-faktor tersebut antara lain berupa: 
1) Penjualan tahun-tahun yang lalu. 
2) Kebijaksanaan perusahaan yang berhubungan dengan masalah harga jual, syarat pembayaran barang yang dijual, pemilihan saluran distribusi. 
3) Kapasitas produksi yang dimiliki perusahaan. 
4) Tenaga kerja yang dimiliki perusahaan, baik jumlahnya maupun keterampilan dan keahlianya. 
5) Modal kerja yang dimiliki perusahaan. 
6) Fasilitas-fasilitas yang dimiliki perusahaan. 
7) Kebijaksanaan-kebijaksanaan peusahaan yang berkaitan dengan pelaksanaan fungsi fungsi perusahaan, baik dibidang pemasaran , di bidang produksi , dibidang pembelanjaan , dibidang administrasi maupun dibidang personalia. Sampai batas-batas tertentu perusahaan dapat mengatur dan menyesuaikan faktor-faktor intern ini dengan apa yang diinginkan unuk masa yang akan datang. 

Oleh sebab itu faktor-faktor intern ini sering disebut sebagai faktor yang dapat diatur (controlable). Faktor-faktor Ekstern, yaitu data informasi dan pengalaman yang terdapat diluar perusahaan, tetapi dirasakan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan perusahaan. Faktor-faktor tersebut antara lain berupa : 
1) Keadaan persaingan. 
2) Tingkat pertumbuhan penduduk. 
3) Tingkat penghasilan masyarakat. 
4) Tingkat pendidikan masyarakat 
5) Tingkat penyebaran penduduk 
6) Agama , adat istiadat dan kebiasan-kebiasaaan masyaakat. 
7) Berbagai kebijaksanaan pemerintah , baik dibidang politik, ekonomi, sosial budaya maupun keamanan. 
8) Keadaan perekonomian nasional maupun internasional, kemajuan teknologi dan sebagainya. Terhadap faktor-faktor ekstern ini , perusahaan tidak mampu untuk mengaturnya sesuai dengan apa yang diinginkannya dalam periode anggaran yang akan datang. Oleh karena itu faktor-faktor ekstern ini sering disebut sebagai faktor yang tidak dapat diatur (Un-controlable). 

7. Anggaran Bahan Baku dan Barang Jadi 

1. Anggaran Bahan Baku 

Yang dimaksud dengan anggaran bahan baku menurut Munandar (2000:119) ”Angaran Bahan Baku ialah semua angaran yang berhubungan dan merencanakan secara lebih terperinci tentang penggunaan bahan baku untuk proses produksi selama periode yang akan datang.” Sedangkan pengertian Anggaran Bahan Baku menurut T. Siarait. Justine (2006:102) ”Anggaran Bahan baku ialah anggaran yang hanya merencanakan kebutuhan dan penggunaan bahan baku”. 

Jadi anggaran bahan baku ialah anggaran bahan baku yang hanya merencanakan kebutuhan bahan baku untuk proses produksi selama periode yang akan datang. Anggaran ini terdiri dari tiga buah anggaran yang disusun atau dibuat secara berurutan yaitu : 
1. Anggaran Unit Kebutuhan Bahan Baku, yang merencanakan lebih terperinci tentang jumlah unit bahan baku yang dibutuhkan untuk berproduksi selama periode yang akan datang. 

2. Anggaran Pembelian Bahan Baku, yang merencanakan secara lebih terperinci tentang pembelian bahan mentah untuk memenuhi kebutuhan untuk berproduksi selama pericle yang aan datang. 

3. Angaran Biaya Bahan Baku, yang merencanakan secara terperinci tentang besarnya biaya bahan baku untuk berproduksi selama periode yang akan datang. Sedangkan bentuk dari ketiga anggaran bahan baku tersebut diatas tidak tersedia sesuatu bentuk standard yang harus dipergunakan. 

Ini berarti bahwa masing-masing perusahaan mempunyai kebebasan untuk menentukan bentuk serta formatnya, sesuai dengan keadaan perusahaan masing-masing. 

2. Anggaran Barang Jadi Yang dimaksud dengan Anggaran Barang Jadi menurut Munandar (2000: 93) Anggaran yang merencanakan secara lebih terperinci tentang jumlah unit barang yang akan diproduksikan oleh perusahaan selama periode yang akan datang, yang didalamnya meliputi rencana tentang jenis (kualitas) barang yang akan diproduksikan, serta waktu (kapan)produksi tersebut akan dilakukan Sedangkan menurut T. Sirait Justine (2006:80) “ Anggaran Barang Jadi yang akan diproduksi yaitu suatu perencanaan tingkat atau volume barang jadi yang harus diproduksi oleh perusahaan agar sesuai dengan volume penjualan yang telah direncanakan ”. 

Dari pengertian tersebut, jelaslah bahwa anggaran barang jadi yang akan diproduksikan hanyalah merupakan salah satu bagian saja dari seluruh rencana perusahaan di bidang produksi . Anggaran Barang Jadi yang Akan Diproduksi pada umumnya berguna sebagai alat pengendalian intern yang membantu manajemen dalam memimpin jalannya suatu perusahaan terutama berguna sebagai dasar penyusunan anggaran biaya produksi dan anggran biaya administrasi. 

Adapun bentuk Anggaran Barang Jadi yang akan diproduksi tidak ada sesuatu bentuk standard yang harus dipergunakan, bentuk anggaran tersebut disesuaikan dengan kondisi suatu perusahaan bersangkutan. Untuk diketahui bahwa jumlah unit yang tercantum dalam anggaran Unit yang akan diproduksikan, adalah jumlah unit yang berupa barang jadi, yaitu barang yang sudah benar-benar selesai dikerjakan dalam proses produksi, dan siap untuk dijual. 

DAFTAR PUSTAKA 

Eko Indrajit Richardus, Djoko Pranoto Richardus, 2007. Manajemen Persediaan ,Penerbit Grasindo, Jakarta. 
Stice, Stice, Skousen, 2004. Intermediate Accounting, Buku Satu Edisi 15, Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Mulyadi,2001. 

Sistem Akuntansi, Cetakan Ketiga, Penerbit Salemba Empat Jakarta. Kanaka Puradiredja,2002. Auditing, Edisi Kelima, Penerbit Salemba Empat Jakarta. 

Widjayanto Nugroho,2001. Sistem Informasi Akuntansi, Penerbit Erlangga, Jakarta Syamsul Ma’arif. M, Tanjung Hendri, 2003. Manajemen Operasi, Penerbit PT. Grasindo ,Jakarta. 

Dra. Justine T. Sirait, M.B.A.T,2006. Anggaran Sebagai Alat Bantu bagi Manajemen, PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta Baridwan Zaki,2003. Intermediate Accounting, Edisi 7, Penerbit BPFE, Yogyakarta. Dra. M. Munandar,2000. Budgeting, Edisi 1, Penerbit BPFE, Yogyakarta. Ikatan Akuntansi Indonesia,2008. Standar Akuntansi Keuangan, Penerbit Salemba Empat Jakarta.

4 komentar:

  1. Dear Pak Indra,

    terima kasih banyak pak..

    BalasHapus
  2. bro...masih ingat teman lama ente ni...coba posting tentang ppic bisa ama sekalian SOP nya Thanks ya bro

    BalasHapus