Konflik antara seorang istri dan ibu mertuanya adalah hal yang sangat mungkin terjadi. Ada banyak faktor yang bisa mengakibatkan konflik antara mertua dan menantu, seperti mertua merasa menantu “mengambil” anaknya ataupun sebaliknya. Terutama jika pasangan suami istri tersebut tinggal di rumah orang tua si suami, maka bibit-bibit konflik bisa saja menjadi sering muncul.
Sebagai suami, Anda harus berperan sebagai penengah, tidak boleh timpang atau memihak salah satu dari keduanya. Anda juga tidak boleh cuek dan lari dari konflik tersebut. Bagaimana pun Anda adalah suami dari istri Anda dan juga anak dari ibu Anda, keduanya memiliki hak atas diri Anda.
Kuncinya adalah komunikasi. Umumnya seorang ibu akan mempercayai dan mendengarkan anaknya, maka manfaatkan hal ini untuk menjelaskan duduk perkaranya, ubahlah pandangan ibu Anda tentang istri. Demikian pula kendalikan istri Anda, sampaikan pandangan ibu Anda tentang masalah yang terjadi dan carikan jalan tengah.
Jika terpaksa, maka berbohong untuk mendamaikan kedua pihak yang berselisih adalah hal yang diperbolehkan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَيْسَ الْكَذَّابُ الَّذِى يُصْلِحُ بَيْنَ النَّاسِ وَيَقُولُ خَيْرًا وَيَنْمِى خَيْرًا
“Tidak disebut pembohong jika bertujuan untuk mendamaikan di antara pihak yang berselisih di mana ia berkata yang baik atau mengatakan yang baik (demi mendamaikan pihak yang berselisih).” (HR. Bukhari no. 2692 dan Muslim no. 2605, lafazh Muslim)
Oleh karena itu, yang terpenting juga adalah pemahaman tentang karakter wanita, karena Anda menghadapi dua wanita sekaligus yang sangat mengedepankan perasaannya masing-masing. Komunikasikan segala hal kepada mereka dengan kepala dingin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar